Kevin Garnett - NBA

Kamis, 12 Oktober 2017

DAMPAK ZAT ADIKTIF

DAMPAK ZAT ADIKTIF

1. Dampak Penyalahgunaan Minuman Alkohol
Alkohol dalam minuman keras bisa menyebabkan gangguan jantung dan otot syaraf, mengganggu metabolisme tubuh, membuat janis menjadi cacat, impoten serta gangguan seks lainnya.2. Efek/Dampak Penyalahgunaan 2.Ganja: Zat kandungan dalam ganja yang berbahaya bisa mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang dan melemah sehingga mudah terserang penyakit dan infeksi serta memperburuk pada aliran darah koroner.
3. Efek/Dampak Penyalahgunaan Halusinogen
Halusinogen dalam tubuh manusia bisa mengakibatkan pendarahan pada otak.
4. Efek/Dampak Penyalahgunaan Kokain
Zat adiktif kokain jika dikonsumsi dalam jangka panjang bisa mengakibatkan kekurangan sel darah putih atau anemia sehingga bisa membuat badan kurus kering. Selain itu kokain menimbulkan perforesi sekat hidung (ulkus) dan aritma pada jantung.
5. Efek/Dampak Penyalahgunaan Opiat / Opioda
Zat opioda atau opiat yang masuk ke dalam badan manusia bisa mengganggu dalam menstruasi pada perempuan / wanita serta impotensi dan konstipasi khronuk pada pria / laki-laki.
6. Efek/Dampak Penyalahgunaan Inhalasia
Inhalasia mempunyai dampak buruk bagi kesehatan kita seperti gangguan pada fungsi jantung, otak, dan lever.
7. Efek/Dampak Penyalahgunaan Non Obat
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita temui benda-benda yang disalah gunakan oleh banyak orang untuk mendapatkan suatu efek tertentu yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan. Contohnya barang yang dijadikan candu antara lain seperti bensin, thiner, racun serangga, lem uhu, lem aica aibon. Efek dari penggunaan ini bisa menimbulkan infeksi emboli.

PENGERTIAN ZAT ADIKTIF

PENGERTIAN ZAT ADIKTIF

Zat adiktif merupakan  zat tambahan yang biasanya terdapat pada sebuah makanan, minuman, maupun obat–obatan. Pemakaian zat adiktif yang secara terus menerus akan mengakibatkan adiksi atau ketagihan.
Artinya, jika belum mengonsumsi bahan jenis ini maka menimbulkan perasaan aneh pada tubuh kita akan terjadi, seolah–olah ada sesuatu yang hilang. Perasaan yang demikian ditandai dengan gejala–gejala ringan, misalnya seperti mengantuk atau sakit kepala, tetapi bisa juga mengalami gangguan berat, misalnya semua tubuh terasa sakit atau pikiran menjadi kacau.


MACAM-MACAM ZAT ADIKTIF

1. Inhalasin
Inhalasin berasal dari larutan-larutan yang gampang menguap seperti cat semprot, hairspray, lem, dan pengharum ruangan.Bisa pula berasal dari gas seperti gas nitrous oksida (gas ketawa) dan zat anestesi (pembius) contohnya: eter dan kloroform. Penggunaan yang berlebihan bisa menyebabkan pusing yang tidak tertahankan bisa jadi sampai pingsan.
2. Nikotin
Nikotin ini terkandung dalam tembakau yang kemudian dibuat menjadi rokok. Rokok bisa menyebabkan penyakit bronkitis, emfisema, infeksi tenggorokan, dan noda nikotin pada gigi. Contohnya : Rokok
3. Kafein
Zenis zat satu ini terkandung dalam teh atau kopi dalam kadar yang rendah. Kafein berkhasiat menstimulasi susunan syaraf pusat dengan efek menghilangkan rasa lapar, letih, dan mengantuk. Konsumsi yang berlebihan bisa menyebabkan kecanduan, gagal ginjal dan jantung berkerja melampaui batas karena selalu dipicu. Contohnya : Kopi
4. Narkoba
Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya) yaitu suatu bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, ataupun disuntikan, bisa mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba bisa menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis. Contohnya : Ganja

http://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-macam-dan-contoh-zat-adiktif-beserta-dampaknya-secara-lengkap/

PENGENTALAN

PENGENTALAN

 Pengertian Pengentalan Pengentalan merupakan proses untuk menghilangkan sebagian air pada produk pangan cair. 
Tujuan pengentalan adalah mengurangi sejumlah air sehingga menurunkan volume produk. Dengan turunnya volume produk pangan ini, maka transportasi dan penyimpanan. χ    akan memudahkan
Pengentalan dilakukan dengan menaikkan suhu produk sampai titik didihnya dengan lama tertentu. Untuk produk pangan yang sensitive terhadap panas, maka pengentalan dapat dilakukan dengan tekanan vakum. χ   
Pengemulsi, pemantap dan pengental (emulsifier, stabilizer) adalah bahan tambahan makanan yang dapat membantu terbentuknya terbentuknya atau memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan. Bahan tambahan makanan ini biasanya ditambahkan pada makanan yang mengandung air dan minyak, misalnya saus selada, margarine dan es krim. χ   
Contoh nya adalah polysorbat biasa digunakan sebagai pengemulsi pada pembuatan es krim dan kue. Pektin biasa digunakan sebagai pengental pada jamu, jeli, marmalad, minuman ringan dan es krim. Gelatin biasa digunakan sebagai pemantap dan pengental sediaan keju. Karagenan dan agar biasa digunakan sebagai pemantap dan pengental pada produk susu dan keju. χ   
A. Macam Pengental Alami 
1) Putih dan kuning Telur Gelatin dan albumin pada putih telur adalah protein yang bersifat sebagai emulsifier dengan kekuatan biasa dan kuning telur merupakan emulsifier yang paling kuat. Paling sedikit sepertiga kuning telur merupakan lemak, tetapi yang menyebabkan daya emulsifier kuat adalah kandungan lesitin dalam bentuk kompleks sebagai lesitin protein 

2) Gelatin Gelatin adalah suatu jenis protein yang diekstraksi dari jaringan kolagen kulit, tulang atau ligamen (jaringan ikat) hewan Nilai gizinya yang tinggi yaitu terutama akan tingginya kadar protein khususnya asam amino dan rendahnya kadar lemak. Gelatin kering mengandung kira-kira 84 – 86 % protein, 8 – 12 % air dan 2 – 4 % mineral. Dari 10 asam amino essensial yang dibutuhkan tubuh, gelatin mengandung 9 asam amino essensial, satu asam amino essensial yang hampir tidak terkandung dalam gelatin yaitu triptofan.
Penggunaan gelatin sangatlah luas dikarenakan gelatin bersifat serba bisa, yaitu bisa berfungsi sebagai bahan pengisi, pengemulsi (emulsifier), pengikat, pengendap, pemerkaya gizi, sifatnya juga luwes yaitu dapat membentuk lapisan tipis yang elastis, membentuk film yang transparan dan kuat, kemudian sifat penting lainnya yaitu daya cernanya yang tinggi

3) Tepung Kanji Tepung kanji, tapioka, tepung singkong, atau aci adalah tepung yang diperoleh dari umbi akar ketela pohon. Tepung kanji merupakan salah satu emulsifier yang bagus untuk makanan. Tepung ini memiliki sifat-sifat fisik yang hampir sama dengan tepung sagu sehingga penggunaan keduanya dapat dipertukarkan. Emulsifier tepung kanji dapat menghasilkan tekstur yang lunak pada zat terdispersi.

elain itu juga menghasilkan butiran-butiran yang halus, serta dapat menyatu dengan zat terdispersi. Tepung kanji adalah salah satu tepung yang tidak membentuk gel.Gel yang terbentuk akan membuat bahan makanan tidak dapat teraduk rata serta berviskositas tinggi.Tepung ini sering digunakan untuk membuat makanan dan untuk bahan perekat. Banyak makanan tradisional yang menggunakan tepung kanji atau tapioka sebagai bahan bakunya, seperti bakso batagor, siomay, comro, misro, cireng, dan pempek

4) Agar-Agar Agar-agar sebenarnya adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi yang mengisi dinding sel rumput laut. Ia tergolong kelompok pektin dan merupakan suatu polimer yang tersusun dari monomer galaktosa. Gel terbentuk karena pada saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling merapat, memadat dan membentuk kisi-kisi yang mengurung molekul-molekul air, sehingga terbentuk sistem koloid padatca

B. Macam Pengental Buatan 
1. XANTHAN GUM Berfungsi sebagai bahan pengental , memperbaiki tekstur, mencegah pemisahan emulsi. 
2. CMC-Na Berfungsi sebagai bahan pengental, pengikat pada formula tablet, meningkatkan viskositas, memperbaiki tekstur. Larut dalam air, stabil terhadap panas adalah salah satu keunggulan CMC. Cukup dengan konsentrasi kecil, larutan sudah viscous dibandingkan dengan produk lainnya. 
3. CARRAGENAN Merupakan polisakarida yang ekstraksi red seaweeds. Zat makanan dan industri lain lubricants, suspending agent dan didapat dari hasil ini digunakan pada sebagai pengental, stabilizing agent.
4. KONJAC GUM Memiliki keistimewaan tanpa pemanis, perasa, pewarna, dan pengawet makanan serta stabil terhadap pemanasan dan pendinginan. Zat ini sering digunakan untuk pengental dan memperbaiki tekstur. 
 3. Bahaya pengental Buatan a) b) c) d) e) χ Menyebabkan kanker Kerusakan ginjal Iritasi pada kulit Kerusakan lambung Efek perubahan pada kromosom 



  1. A. Vitamin Sintetis Vitamin sintetis dibuat dari ekstrak minyak, arang, dan gula kimia yang diproses (kadang-kadang ditambah minyak ikan industri yg diproses), dengan asam lainnya dan bahan kimia industri (seperti formaldehida). Biasanya produsen vitamin sintetis akan menggunakan kata " Food - Based / suplemen berbasis makanan ". Ini berarti mereka menambah sedikit produk hijau untuk sintetis seperti alga, namun bahan2 kimia adalah prioritas mereka
  2. Vitamin sintetis dibuat di laboratorium dan berasal dari batu bara serta minyak bumi. Vitamin-vitamin sintetis ini biasanya dinamai dengan asam askorbat, yaitu vitamin C, riboflavin yang merupakan vitamin B2, dan dl-alfa tokoferol asetat atau tocopherol, yang merupakan vitamin E. 
  3. Tidak heran jika banyak yang pernah mengalami efek samping akibat konsumsi vitamin sintetis. Reaksi alergi karena vitamin sintetis dikarenakan vitamin sintetis mengandung bahan kimia berbahaya. Bahan kimia berbahaya ini dapat merusak tubuh karena vitamin sintetik tidak dapat diserap oleh tubuh dan dianggap sebagai bahan asing oleh tubuh. Jadi tubuh akan bekerja keras untuk mengeluarkan bahan kimia berbahaya ini dari tubuh. Selain itu mereka akan menambah formalin (pengawet mayat) 
  4. B. Asam amino sintesis Secara alami asam-asam amino tersebut terdapat pada berbagai organ hewan, seperti taurin yang banyak terdapat pada empedu sapi dan asam amino glutamat yang banyak terdapat di bagian otak. Namun demikian secara komersial, asam amnino tersebut saat ini jarang yang diekstrak dari organ hewan. Di samping harganya yang lebih mahal, proses ekstraksi ini juga tidak praktis, serta dipertahankan.  kontinyuitas bahan baku yang susah
  5. Para produsen asam amino saat ini lebih melirik pada proses fermentasi dan reaksi kimiawi dari bahanbahan sintetis. Kalaupun harus diperoleh dari ekstraksi, biasanya diambil dari bahan-bahan yang tidak sulit didapatkan, seperti bulu unggas, rambut manusia dan juga biji jagung.
  6. Asam amino glutamat merupakan salah satu yang diproduksi melalui proses fermentasi. Bahan media utama yang digunakan adalah molases dan bahan- bahan lain yang mengandung gula. Proses pembuatan glutamat ini sama dengan proses pembuatan MSG (mono sodium glutamat) yang banyak dikenal sebagai bumbu masakan. Glutamat yang dihasilkan dari proses fermentasi tersebut direaksikan dengan sodium untuk menghasilkan MSG. 


  7. C. Kalsium sintetis Kalsium adalah mineral yang paling banyak diperlukan oleh tubuh. Kebutuhan harian kalsium adalah 800 mg untuk dewasa di atas 25 tahun dan 1.000 mg setelah usia 50 tahun. Berdasarkan sumbernya, mineral kalsium dapat dibagi menjadi dua, yaitu kalsium organik dan non-organik. Kalsium organik relatif lebih baik dan lebih aman dibandingkan kalsium non-organik yang merupakan produk kimia/sintetik/buatan. Sementara kalsium organik didapat dari sumber-sumber alami seperti misalnya coral atau biota laut atau juga dari berbagai sum-sum tulang hewan. χ   
  8. 29. Kalsium karbonat (40% elemen kalsium) Kalsium sitrat (21% elemen kalsium) Kalsium gluconat (9% elemen kalsium) Kalsium laktat (13 % elemen kalsium

Zat Pengemulsi (emulsifier)

Zat Pengemulsi (emulsifier)

Sea Salt Benefits + 9 Ways of Using It! - Heart Bows & Makeup            Bahan tambahan pangan jenis pengemulsi merupakan bahan yang dapat mengemulsikan atau menghomogenkan beberapa fasa dengan kelarutan tertentu agar diperoleh produk olahan yang homogen. Sifat emulsi ditentukan oleh sistem gaya yang terbentuk oleh komposisi, jenis bahan yang membentuk emulsi, dan interaksi antara bahan-bahan tersebut. Berbagai emulsi makanan baik yang bersifat elastis maupun yang bersifat plastis dapat dibuat dengan mengatur proses pembuatan, komposisi, dan jenis bahan pembantunya.
Emulsi yang baik seharusnya stabil, tidak memisah, tidak berubah warna selama pendiaman, dan tidak berubah konsistensinya. Stabilitas emulsi dipengaruhi oleh ukuran partikel, perbedan densitas kedua fase, viskositas fase pendispersi, emulsi keseluruhan, jumlah dan jenis emulsifier, serta kondisi penyimpanan (Bennet, 1947). Bila sistem emulsi tidak stabil, maka akan terbentuk kembali lapisan dari kedua fase tersebut. Proses terbentuk dimulai dengan terbentuknya agregat yang lebih besar dari butiran-butiran minyak, dan berlangsung terus-menerus sampai terjadi pemisahan.
Menurut Nawar (1985) emulsifier adalah suatu bahan aktif permukaan untuk mempermudah pembentukan emulsi atau meningkatkan kestabilitasannya. Kemudahan pembentukan emulsi disebabkan oleh adanya penurunan tegangan permukaan antara kedua fase, sedangkan peningkatan stabilitas disebabkan kemampuan emulsifier dalam mencegah penggabungan antar partikel terdispersi.
Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekuInya yang dapat terikat baik pada minyak maupun air. Apabila emulsifier tersebut lebih terikat pada air atau lebih larut dalam air, maka dapat lebih membantu terjadinya dispersi minyak dalam air sehingga terjadi emulsi minyak dalam air (o/w). Sebaliknya, bila emulsifier lebih larut dalam minyak (non polar), dapat terbentuk emulsi air dalam minyak (w/o).
Struktur emulsifier terdiri atas molekul-molekul yang mempunyai gugus lipofil dan hidrofil. Dalam suatu emulsi, gugus lipofil akan larut dalam fase minyak, sedangkan gugus hidrofil akan larut dalam fase air. Kedua gugus tersebut bersama-sama membentuk globula-globula emulsi.
Menurut Petrowski (1976) parameter yang sering digunakan untuk memilih jenis emulsifier adalah berdasarkan nilai HLB (Hidrophile-Lipophile Balance). HLB adalah rasio antara bagian hidrofilik terhadap Iipofilik yang juga merupakan bagian dari sistem emulsi. Penggunaan emulsifier berdasarkan nilai kisaran HLB-nya seperti yang disajikan pada Tabel berikut.
Kisaran HLB dan Penggunaannya (Weiss, 1983)
Kisaran HLB
Penggunaan
4 – 6
Emulsifier (w/o)
7 – 9
Bahan pembasah
8 – 18
Emulsifier (o/w)
14 – 15
Deterjen
Emulsifier yang mempunyai HLB rendah (2-4) cenderung larut dalam minyak, sedangkan yang mempunyai nilai HLB tinggi (14-18) cenderung larut dalam air.


Emulsifier, berdasarkan muatannya, dapat digolongkan ke dalam ionik dan nonionik. Emulsifier golongan ionik dapat bereaksi dengan ion-ion lain membentuk senyawa kompleks, yang dapat mengurangi kekuatan emulsinya. Berbeda dengan ionik, emulsifier golongan non-ionik tidak memperlihatkan kecenderungan untuk berionisasi dan tidak bereaksi dengan ion lain. Berdasarkan hal tersebut maka emulsifier non-ionik merupakan bahan pengemulsi yang paling banyak digunakan dalam industri makanan (Powrie dan Tung, 1976). Polioksietilena (20) sorbiton monooleat atau Tween 80 merupakan bahan pengemulsi non ionik dengan bahan dasar alkohol heksahidrat, alkilen oksida/oksitilen, dan asam lernak.
Asam Lemak


Oksitilen/alkilen oksida


Alcohol heksahidrat


Polioksietilena (20) sorbiton monooleat
Sifat hidrofil dari Tween 80 disebabkan oleh adanya gugus hidroksil bebas dan oksitilen, sedangkan sifat lipofil disebabkan oleh terdapatnya asam lemak berantai panjang. Tween 80 dapat juga digunakan sebagai bahan pengemulsi pada produk obat-obatan. Tween 80 berwama kuning, berat jenis 1,06-1,10, dengan viskositas sebesar 270-430 centistroke, sangat larut dalam air, larut dalam minyak jagung, minyak biji kapas, elanol, melanol, dan toluena, tetapi tidak larut dalam minyak mineral (Anomious, 1976).
Daftar beberapa Emulsifier beserta HLB-nya (Weiss, 1983)
Emulsifier
HLB
Mono dan digliserida
2,8 – 3,5
Gliserol monostearat
3,8
Lektilated mono dan digliserida
2,6
Propilen monostearat
3,4
Sorbitan monostearat
4,7
Polisorbat
14,9

PENYEDAP

PENYEDAP

Pembelajaran Kimia: Zat Aditif MakananDi Indonesia terdapat begitu banyak ragam rempah-rempah yang dipakai untuk meningkatkan cita rasa makanan, seperti cengkeh, pala, merica, ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dan masih banyak lagi yang lain. Melimpahnya ragam rempah-rempah ini merupakan salah satu sebab yang mendorong penjajah Belanda dan Portugis tempo dulu ingin menguasai Indonesia. Jika rempah-rempah dicampur dengan makanan saat diolah, dapat menimbulkan cita rasa tertentu pada makanan.          

Selain zat penyedap cita rasa yang berasal dari alam, ada pula yang berasal dari hasil sintesis bahan kimia. Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita rasa hasil sintesis: 

a. oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat penyedap ini; 
b. etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada     makanan; 
c. amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang; 
d. amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma seperti buah  apel. 

Selain zat penyedap rasa dan aroma, seperti yang sudah disebutkan di atas, terdapat pula zat penyedap rasa yang penggunaannya meluas dalam berbagai jenis masakan, yaitu penyedap rasa monosodium glutamat (MSG). Zat ini tidak berasa, tetapi jika sudah ditambahkan pada makanan maka akan menghasilkan rasa yang sedap. Penggunaan MSG yang berlebihan telah menyebabkan “Chinese restaurant syndrome” yaitu suatu gangguan kesehatan di mana kepala terasa pusing dan berdenyut. Bagi yang menyukai zat penyedap ini tak perlu khawatir dulu. Kecurigaan ini masih bersifat pro dan kontra. Bagi yang mencoba menghindari untuk mengonsumsinya, sudah tersedia sejumlah merk makanan yang mencantumkan label “tidak mengandung MSG” dalam kemasannya. 

Pada pembahasan sebelumnya, kamu sudah mempelajari tentang pengelompokkan zat aditif berdasarkan fungsinya beserta contoh-contohnya. Perlu kamu ketahui bahwa suatu zat aditif dapat saja memiliki lebih dari satu fungsi. Seringkali suatu zat aditif, khususnya yang bersifat alami memiliki lebih dari satu fungsi. Contohnya, gula alami biasa dipakai sebagai zat aditif pada pembuatan daging dendeng. Gula alami tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pemanis, tetapi juga berfungsi sebagai pengawet. Contoh lain adalah daun pandan yang dapat berfungsi sebagai pemberi warna pada makanan sekaligus memberikan rasa dan aroma khas pada makanan. Untuk penggunaan zat-zat aditif alami, umumnya tidak terdapat batasan mengenai jumlah yang boleh dikonsumsi.

 perharinya. Untuk zat-zat aditif sintetik, terdapat aturan penggunaannya yang telah ditetapkan sesuai Acceptable Daily Intake (ADI) atau jumlah konsumsi zat aditif selama sehari yang diperbolehkan dan aman bagi kesehatan. Jika kita mengonsumsinya melebihi ambang batas maka dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan. 

ZAT PENAMBAH AROMA PADA MAKANAN

ZAT PENAMBAH AROMA PADA MAKANAN

     Pemberi aroma adalah zat yang dapat memberikan aroma tertentu pada makanan atau minuman, sehingga dapat membangkitkan selera konsumen. Penambahan zat pemberi aroma menyebabkan makanan memiliki daya tarik untuk dinikmati. Zat pemberi aroma yang berasal dari bahan segar atau ekstrak dari bahan alami, misalnya minyak atsiri dan vanili. Pemberi aroma yang merupakan senyawa sintetik, misalnya: amil asetat mempunyai cita rasa seperti pisang ambon, amil kaproat (aroma apel), etil butirat (aroma nanas), vanilin (aroma vanili), dan metil antranilat (aroma buah anggur). Jeli merupakan salah satu contoh makanan yang menggunakan zat pemberi aroma.

1.  CONTOH
 ZAT ADIKTIF PENAMBAH AROMA PADA MAKANAN
    Zat pemberi aroma banyak digunakan dari golongan ester dengan rasa atau aroma buah. Kebanyakan zat pemberi aroma digunakan dalam minuman.
Contoh :
1. Benzaldehida untuk pemberi aroma buah lobi-lobi
2. Etil butirat untuk pemberi aroma buah nanas
3. Amil asetat untuk pemberi aroma buah pisang
4. Amil valerat untuk pemberi aroma buah apel
5. Isoamil asetat untuk pemberi aroma buah pisang ambon
6. Isobutil propionat untuk pemberi aroma buah rum
7. Oktil asetat untuk pemberi aroma buah jeruk
8. Metil salisilat untuk pemberi aroma minyak gandapura (wintergreen).
9. Propil asetat untuk pemberi aroma buah pir.


2.  
DAMPAK ZAT ADIKTIF PENAMBAH AROMA PADA MAKANAN
     kalau memang tidak bisa dihindari, amankah mengkonsumsi zat aditif pada makanan? Jawabannya tergantung pada zat aditif makanan yang digunakan, kondisi penggunaannya, tujuan penggunaan, jumlah dan ketepatan spesifikasinya. Jawaban yang lebih pasti adalah, bahan pangan tanpa zat aditif belum tentu lebih aman daripada yang ditambahkan zat aditif makanan. Contoh, mana yang lebih baik produk makanan yang muda tengik atau yang telah ditambahkan antioksidan tokoferol (provitamin E) atau vitamin C, sehingga tertunda ketengikannya?
Dalam kaitan dengan keamanan pangan, penggunaan zat aditif pada makanan diatur dengan berbagai peraturan, baik secara nasional maupun internasional. Secara nasional, misalnya lewat peraturan yang dikeluarkan oleh Depkes maupun Keputusan Presiden. Saat ini telah pula diatur dalaam Undang – Undang Pangan No.7 tahun 1996. Pada skala internasional, pengaturan zat aditif pada makanan terdapat dalaam “Food Chemical Codex” dan aturan – aturan negara adidaya seperti yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat dengan FDA-nya yang juga banyak dipakai sebagai acuan negara – negara lain.

ZAT ADITIF PENGAWET



 Pengawet
Pengawet merupakan bahan yang sering digunakanuntuk mengawetkan makanan supaya dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Pengawet dapat menghambat mikroorganisme untuk menguraikan makanan sehingga tidak mudah membusuk dalam jangka waktu tertentu. Pengawet makanan ada dua jenis, yaitu pengawet alami dan pengawet sintetik. Pengawet alami dapat berupa gula dan garam. Sedangkan, beberapa jenis zat pengawet sintetik pada makanan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Pemanfaatan Zat Pengawet Sintetik
    
Nama Pengawet Sintetik

 
Jenis Bahan Makanan
Natrium nitrat


Daging olahan
Natrium nitrit


Daging awetan dan kornet kalengan
            Asam benzoat


Minuman ringan dan kecap
Asam propionate


Roti
Kalium benzoat


Kecap dan saos

Pemanis

 Pemanis


Pemanis adalah zat yang ditambahkan kepada makanan atau minuman sehingga menimbulkan rasa manis. Bahan pemanis ini terdiri dari dua jenis, yaitu pemanis alami danpemanis buatan. Pemanis alami disebut sukrosa yang dapat diperoleh dari olahan gula tebu, gula aren, dan gula merah. Sedangkan, pemanis sintetik berupa zat kimia yang dapat ditambahkan kepada makanan untuk menimbulkan rasa manis pada makanan. Beberapa jenis pemanis sintetik yang terdapat pada makanan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Pemanfaatan Zat Pemanis Sintetik
Nama Pemanis Sintetik
Jenis Bahan Makanan
Sakarin
Permen dan es krim
Siklamat
Permen dan minuman ringan
Sorbitol
Kismis dan jeli

Pembentukan Bayangan pada Cermin

A. Pembentukan Bayangan Pada Cermin Datar Proses pembentukan bayangan pada cermin datar menggunakan hukum pemantulan cahaya. Untuk memper...